Wednesday 4 April 2012

Kitab Sohih Bukhari..

متن الكتاب
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَة
Telah menceritakan kepada kami QUTAIBAH BIN SA'ID telah menceritakan kepada kami ISMA'IL BIN JA'FAR dari ABDULLAH BIN DINAR dari IBNU UMAR berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu? Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah. Abdullah berkata: Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, pohon apakah itu? Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:Pohon kurma.

KETERANGAN HADITH
  • no 59, H.R Bukhari
Hadis telah menerangkan di mana ketika Ibnu Umar berada bersama Rasulullah SAW ke Madinah. Kemudian Baginda bersabda, di antara pohon ada yang tidak jatuh akan pohonnya, dan itulah perumpamaan bagi seorang Muslim. Kemudian baginda bertanya pohon apakah itu, tetapi para sahabat tidak mengetahuinya. Maka, Rsulullah SAW menjawab, ia adalah pohon kurma.
Muslim dikaitkan seperti pohon kurma kerana dakwah orang Islam juga tidak akan gugur dan putus-putus. Seperti pohon kurma, terdapat pelbagai faedah pada setiap bahagiannya. Bermula daripada buahnya sehingga dikeringkan dan dapat dimakan. Selain itu, setiap daripada pohon kurma boleh dimanfaatkan seperti bijinya dapat digunakan sebagai makanan ternak, tangkai buahnya boleh dibuat tali dan sebagainya. Manakala, Muslim yang menguasai suatu ilmu haruslah bermanfaat pada dirinya dan juga kepada orang lain. Sehingga telah meninggal dunia, orang lain masih mengamalkan ilmu tersebut.
Berdasarkan hadis tersebut, ditambah kalimat Abdullah berkata: aku berfikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Hal ini kerana ketika itu Abdullah adalah antara yang paling muda dari kalangan sahabat yang lain iaitu baru berusia 10 tahun. Ini menyebabkan dia berasa malu dan segan. (riwayat Abu Awanah)

PERAWI HADITH
  • ABDULLAH IBNU UMAR
Nama penuh beliau ialah Abdullah Bin Umar Bin Al-Khattab Bin Nufail Bin Abdul Uzza. (bahasa Arab: عبد الله بن عمربن الخطاب) atau sering disebut Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar sahaja. Beliaujugadigelarsebagai Abu Abdul Rahman. Abdullah bin Umar dilahirkan pada 612 dan wafatnya pada 693/696 atau 72/73 H. Beliau adalah seorang sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadits yang terkenal. Ia adalah anak kepada Umar bin Khattab, salah seorang sahabat utama Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin yang kedua.
Abdullah adalah putra khalifah ke dua Umar bin al-Khaththab saudara kandung Sayiyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salah seorang diantara orang-orang yang bernama Abdullah (Al-Abadillah al-Arba’ah) yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Abdullah bin az-Zubair.
Ibnu Umar masuk Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil, dan ikut hijrah ke Madinah bersama ayahnya. Pada usia 13 tahun ia ingin menyertai ayahnya dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya. Tetapi setelah selesai perang Uhud ia banyak mengikuti peperangan, Perang pertama yang diikutinya adalah Perang Khandaq. Ia ikut berperang bersama Ja'far bin Abu Thalib dalam Perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah). Setelah Nabi Muhammad meninggal, ia ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah lainnya di Afrika.
Ibnu umar pernah ditawarkan oleh Khalifah Uthman Bin Affan untuk memegang jawatan sebagai hakim, tetapi ia tidak mahu menerimanya, menolak dan menyatakan hakim akan digolongkan dalam tiga kategori:
ü  Pertama: Hakim yang memutuskan perkara tanpa didasari ilmu, maka tempatnya di neraka
ü  Kedua: Hakim yang memutuskan perkara berdasarkan hawa nafsu makadia di neraka
ü  Ketiga: Hakim yang memutuskan perkara dengan ijtihad maka dia berada di pinggir garisan (kafaf), tidak mendapat dosa dan pahala.

Beliau pernah bermimpi melihat dirinya di dalam syurga. Kemudian, telah datang dua orang dan mengajaknya ke neraka, tetapi malaikat menegah mereka. Rasulullah mengatakan kepada beliau, “Sebaik-baik orang lelaki adalah Ibnu Umar. Dia gemar menunaikan solat malam. Jika solat malam, dia memperbanyakkan jumlah rakaatnya. ” Dia tidak pernah meninggalkan solat malam sehingga akhir hayatnya.
Setelah Utsman terbunuh, sebagian kaum muslimin pernah berupaya membai'atnya menjadi khalifah, tapi ia juga menolaknya. Ia tidak ikut campur dalam pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia cenderung menjauhi dunia politik, meskipun ia sempat terlibat konflik dengan Abdullah bin Zubair yang pada saat itu telah menjadi penguasa Makkah.
Beliau juga dikenali dengan seorang penghafaz hadith yang terkemuka selepas Abu Hurairah iaitu sebanyak 2.630 hadits, karana ia selalu mengikuti kemana Rasulullah pergi. Bahkan Aisyah isteri bagida Rasulullah pernah memujinya dan berkata :"Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Ibnu Umar". Ia bersikap sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadist Nabi. Bahkan juga dalam mengeluarkan fatwa, ia senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah Rasulullah, kerananya ia tidak mahu melakukan ijtihad. Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, atau pada kesempatan lainnya. Di antara para Tabi'in, yang paling banyak meriwayatkan darinya ialah Salim dan hamba sahayanya, Nafi'.
Ibnu Umar sering mendapatkan pujian dari kalangan sahabat Nabi dan kaum muslimin lainnya. Jabir bin Abdullah berkata: " Tidak ada di antara kami disenangi oleh dunia dan dunia senang kepadanya, kecuali Umar dan putranya Abdullah." Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan: "Ibnu Umar meninggal dan keutamaannya sama seperti Umar. Umar hidup pada masa banyak orang yang sebanding dengan dia, sementara Ibnu Umar hidup pada masa yang tidak ada seorang pun yang sebanding dengan dia".
Kehebatan Ibnu Umar jelas apabila Az-Zuhri tidak pernah meninggalkan pendapat Ibnu Umar untuk beralih kepada pendapat orang lain. dan az-Zuhri berkata:” Sungguh, tak ada satupun dari urusan Rasulullah dan para sahabatnya yang tersembunyi bagi Ibnu Umar”. Ia meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Sayyidah Aisyah, saudari kandungnya Hafshah dan Abdullah bin Mas’ud. Yang meriwayatkan dari Ibnu Umar banyak sekali, diantaranya Sa’id bin al-Musayyab, al Hasan al Basri, Ibnu Syihab az-Zuhri, Ibnu Sirin, Nafi’, Mujahid, Thawus dan Ikrimah.
Ibnu Umar adalah seorang pedagang yang Berjaya dan kaya raya, tetapi juga banyak menderma. Ia hidup sampai 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah. Ia kehilangan pengelihatannya pada masa tuanya. Ia wafat dalam usia lebih dari 80 tahun, dan merupakan salah satu sahabat yang paling akhir yang meninggal di kota Makkah.

PENGAJARAN AYAT
Menurut hadis tersebut saya mendapati beberapa pengajaran iaitu:
...“Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang Muslim”.....
1.      Jika kita umpamakan pohon itu seperti manusia seperti makna dalam hadis tersebut, tidak semua Muslim itu mempunyai sifat sabar dalam jiwa. Sifat sabar di sini adalah apabila berhadapan dengan musuh.
“Orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (disempadan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Surah Ali-‘imran, ayat 200)
2.      Sikap malu tidak boleh ada dalam diri seorang penuntut ilmu. Sikap ini hanya akan merugikan diri individu itu sendiri kerana membataskan diri daripada bebas menuntut ilmu samaada ilmu dunia mahupun akhirat. Menurut Imam Mujahid r.a “ Tidak belajar orang yang pemalu dan sombong.”
3.      Mengamalkan sikap suka bertanya ketika menuntut ilmu. Penuntut ilmu sepatutnya menanyakan tentang sesuatu yang tidak atau belum jelas dan minta penjelasan mengenai sesuatu yang tidak masuk akal dengan cara yang betul.
  • ADAB-ADAB BERTANYA
Seorang penanya hendaklah memiliki adab-adab dalam bertanya supaya dia boleh mengambil manfaat dari pertanyaan tersebut. Diantara adab-adab tersebut:
1. Ikhlas dalam bertanya diantara ikhlas dalam bertanya adalah bertanya untuk menghilangkan kebodohan dari diri kita atau diri orang lain, bukan untuk berdebat kasar atau sombong dihadapan para ulama atau riya (supaya dikatakan orang yang bersemangat menuntut ilmu). Rasulullah shallallahu 'alaihi waallam bersabda: yg bermaksud: "Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh atau untuk menarik perhatian manusia maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka" (HR. At-Tirmidzy 5/32 no.2654,)
2. Memperbaguskan pertanyaan. Berkata Ibnul Qayyim: yang bermaksud: "Ilmu memiliki 6 tingkatan, yang pertama adalah bagusnya pertanyaan dan sebahagian orang ada yang tidak mendapatkan ilmu kerana jeleknya pertanyaan, mungkin kerana dia tidak bertanya sama sekali, atau bertanya tentang sesuatu padahal disana ada sesuatu yang lebih penting yang patut ditanyakan seperti bertanya tentang sesuatu yang sebenarnya tidak mengapa kita tidak mengetahuinya dan meninggalkan pertanyaan yang harus kita ketahui, dan ini adalah keadaan kebanyakan dari para penuntut ilmu yang bodoh.( Miftah Daris Sa'adah hal:169. Allah telah menyebutkan di dalam Al-Quran sebahagian dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermanfaat seperti pertanyaan orang-orang musyrik tentang bila hari kiamat (Al-A'raf:187) dan pertanyaan orang yahudi tentang ruh (Al-Isra': 85), Atau pertanyaan tentang sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau jarang sekali karena itu termasuk berlebih-lebihan dan berprasangka belaka.
3. Menggunakan cara yang baik dalam bertanya Diantaranya adalah berlemah lembut dalam bertanya kerana yang demikian itu akan menjadikan yang ditanya memberikan ilmunya sebaik-baiknya. Berkata Az-Zuhry: yg bermaksud: "Dahulu Ubaidullah (yakni bin Abdullah bin `Utbah, seorang tabi'in) berlemah lembut ketika bertanya kepada Ibnu Abbas, maka beliau (Ibnu `Abbas) memberinya ilmu yang banyak" (Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hambal di Al-'Ilal wa Ma'rifatur Rijal 1/186, dan Ibnu Sa'd dalam Ath-Thabaqat Al-Kubra 5/250) Dan berkata Ibnu Juraij: yang bermaksud: " Tidaklah aku mengambil ilmu `Atha kecuali dengan kelembutanku kepadanya" (Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami Bayanil `Ilmi wa Fadhlih 2/423)
4. Berbincang dengan cara yang baik kalau ada yang tidak disetujui dari jawapan orang yang ditanya.
5. Tidak mengadu domba diantara ahli ilmu seperti mengatakan: Tapi ustadz fulan (dengan menyebut namanya) mengatakan demikian, dan yang demikian termasuk kurang beradab. Namun kalau memang harus bertanya maka hendaklah mengatakan: Apa pendapatmu tentang ucapan ini? Tanpa menyebut nama orang yang mengucapkan. (Lihat Hilyah Thalibil Ilmi, Syeikh Bakr Abu Zaid dengan syarh Syeikh `Utsaimin hal: 178 ) Wallahu ta'alaa a'lam. http://tanyajawabag amaislam. blogspot. com/2009/ 05/adab-bertanya _22.htm -- Mutiara Salafus Shalih: Dari Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu ia berkata : "Ketahuilah hendaknya jangan satupun dari kalian bertaqlid kepada siapapun dalam perkara agamamu sehingga (bila) ia beriman ikut beriman bila ia kafir ikut pula menjadi kafir. Maka jika kamu tetap ingin berteladan maka ambillah contoh dari yang telah mati sebab yang masih hidup tidak aman dari fitnah." (Al Lalikai 1/93 nomor 130 dan Al Haitsamy dalam Al Majma' 1/180) Dari Yunus bin Zaid dari Az Zuhri ia berkata : "Ulama kami yang terdahulu (salaf) selalu mengingatkan bahwa berpegang teguh dengan As Sunnah itu adalah keselamatan dan ilmu akan tercabut dengan segera maka tegaknya ilmu adalah kekokohan agama dan dunia sedang dengan hilangnya ilmu hilang pula semuanya."

No comments:

Post a Comment