Tuesday 6 December 2011

كتاب : منهاج العابدين إلى جنة رب العلمين. مؤلف : اﻹمام أبي حامد محمد بن محمد بن محمد الغزالي

alhamdlillah, di sini ada sedikit perkongsian tentang sebuah kitab yang saya dan kawan-kawan belajar pada semester ini. bersama-sama kita membaca, menghayati seterusnya mempraktikkannya..
فأقول: "وبالله بالتوفيق, يا طالب الخلاص والعبادة ! عليك أولا-وفقك الله- بالعلم, فانه القطب وعليه المدار".
واعلم أن العلم والعبادة جوهران, لأجلهما كان كل ما ترى وتسمع من تصنيف المصنفين وتعليم المعلمين ووعظ الواعظين, بل لأجلهما أنزلت الكتب وأرسلت الرسل, بل لأجلهما خلقت السموات والأرض وما فيهن من الخلق. وتأمل آيتين في كتاب الله عز وجل :
إحداهما قوله جل ذكره : ﴿ الله الذي خلق سبع السموات ومن الأرض مثلهن, يتنزل الأمر بينهن بينهن لتعلموا أن الله على كل شئ قدير, وأن الله قد أحاط بكل شئ علما﴾. وكفى بهذه الآية دليلا على شرف العلم لا سيما علم التوحيد.


الكليمة الجديدة :
1) عقبة = صعوبة / سوسه
2) تصنيف = مؤلف/ قنوليس
3) وعظ =نصيحة/ نصيحة
4) قدير = محدودة/ مها اسا
5) شرف = كريم= موليا
Aku berkata: “semoga Allah memberi taufiq, wahai yang mencari keikhlasan dan ibadat! yang pertama wajib atas kamu –mudah-mudahan Allah membantu- belajar ilmu kerana ia merupakan penghulu dan dengannya berputar kehidupan kita”.
Ketahuilah bahawa ilmu dan ibadah merupakan dua perkara penting. Karangan yang kamu lihat dan dengar, pengajaran guru-guru, peringatan-peringatan dan penelitian mereka yang meneliti semuanya kerana ilmu dan ibadah. Bahkan kerananya juga diturunkan kitab dan diutuskan Rasul dan kerananya juga dicipta langit dan bumi dan semua makhluq yang di langit dan bumi. Perhatikan dua ayat di dalam kitab Allah azzawajalla:
Salah satunya firman Alllah yang bermaksud :  Allahlah yang mencipta tujuh petala langit dan bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar kamu mengetahui bahawa Allah maha berkuasa keatas semua perkara dan ilmu Allah meliputi semua perkara.
Cukuplah dengan ayat ini menjadi dalil atas kemulian ilmu, lebih-lebih lagi ilmu tauhid


  1. PERBAHASAN IBADAH
Terdapat  pelbagai  perbahasan  tentang maksud ibadah,ahli ilmu agama baik dari segi bahasa(etimologi) mahupun istilah atau syarak(terminologi) .
Al-Imam Al-Qurtubhi rahimahullah memberikan maksud dari segi bahasa ialah ‘Merendah diri,dan menghinakan diri.’[1]
Manakala, definisi dari segi istilahnya sangat banyak. Antaranya:
  1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
  2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
  3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
4.      العبادة هي التقرب الى الله بامتثال أوامره واجتناب نواهيه والعمل بما أذن به الشارع وهي عامة وخاصة.فالعامة كل عمل أذن به الشارع.والخاصة ما حدده الشارع بجزءيات و هيأت وكيفيات مخصوصة .                      
“Ibadah ialah taqarrub(mendekatkan diri kepada Allah,dengan menta’ati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dan mengamalkan yang diizinkan-Nya.”

Takrif yang masyhur, Ibnu Kathir rahimahullah mengatakan bahawa “Ibadah ialah ketaatan seorang hamba dalam melakukan perintah yang diperintahkan,dan larangan yang ditegah, hal inilah merupakan hakikat agama Islam,kerana maksud Islam ialah menyerah kepada Allah Ta`ala yang merangkumi bentuk penyerahan yang maksima serta rasa kerendahan dan kehinaan terhadapNya.”[2]
Selain itu, penulis syarah Al-Wajibat menjelaskan, “Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.”[3]
Tambahan lagi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitabnya yang sangat bagus berjudul ‘Al Qaul Al Mufid’ menjelaskan bahwa istilah ibadah boleh dimaksudkan untuk menamai salah satu diantara dua perkara berikut:
  1. Ta’abbud: penghinaan diri dan ketundukan kepada Allah ‘azza wa jalla. Hal ini dibuktikan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang dilandasi kecintaan dan pengagungan kepada Dzat yang memerintah dan melarang (Allah ta’ala).
  2. Muta’abbad bihi: saranan yang digunakan dalam menyembah Allah. Inilah pengertian ibadah yang dimaksud dalam definisi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Ibadah adalah suatu istilah yang merangkumi segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan mahupun perbuatan, baik yang tersembunyi (batin) mahupun yang tampak (lahir)”.
Dengan penjelasan di atas maka ibadah boleh didefinisikan secara lengkap sebagai: ‘Perendahan diri kepada Allah karena faktor kecintaan dan pengagungan yaitu dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya sebagaimana yang dituntunkan oleh syari’at-Nya.’[4]
Bahagian-Bahagian Ibadah
Ibadah terbahagi kepada dua iaitu umum dan khusus.
1. Umum: segala amal yang diizinkan Allah.
2. Khusus: apa yang ditetapkan Allah perinciannya,tatalaksana dan tata caranya yang tertentu.[5]
Muhammad Quthub, guru besar Universitas Malik bin ‘Abdul ‘Aziz di Saudi Arabia menjelaskan, “Tanda yang paling menonjol dari method islam itu ialah method ‘ibadat .Tetapi  ‘ibadat dalam method ini memerlukan penjelasan.Ia tidak hanya terbatas pada manasik ta’abbudi yang sudah dikenal seperti solat,puasa dan zakat,tetapi ia mempunyai makna yang lebih dalam lagi.Iaitu ‘ubudiyyah lil laahi wahdah (mengabdi hanya kepada Allah semata)dan menerima hukum Allah satu-satu-Nya dalam urusan dunia dan akhirat seluruhnya.Kemudian hubungan yang terus menerus dengan Allah dalam segala persoalan”.[6] Maksudnya ialah ibadat itu ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan sebetul-betulnya ,serta melaksanakan apa yang diperintah dan menjauhi larangannya samaada dalam hukum dunia ataupun akhirat,serta mempunyai hubungan terus-menerus dengan Allah s.w.t  merangkumi  semua aspek samaada hal ataupun keadaan.
 Bagi pendapat lain pula menyifatkan pembahagian ibadah adalah melalui ibadah hati, ibadah lisan dan ibadah anggota badan.
1.      Ibadah hati mempunyai perkara-perkara yang hukumnya wajib, ada yang sunnah, ada yang mubah dan adapula yang makruh atau haram. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).  
2.      Ibadah lisan juga demikian, ada yang wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
3.      Ibadah anggota badan juga mempunyai wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Sehingga apabila dijumlah ada 15 bagian. Sebagai contohnya, solat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fizik dan hati).[7]
Dalil-Dalil Naqli
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman dalam Quran Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56-58:
“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
"Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”             
          Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Maha kaya, tidak memerlukan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang memerlukan-Nya, karena kebergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).
Rukun Ibadah
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga rukun, iaaitu: hubb (cinta), khauf (takut) dan raja’ (harapan). Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus diiringi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin:
  • Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya [Al-Maa-idah: 54]
  • Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah [Al-Baqarah: 165]
  • Selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” [Al-Anbiya’: 90]
          Sebagian Salaf berkata[8], “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq[9], siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja, maka ia adalah murji’[10]. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy[11] .Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.”
Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya.Karenanyalah Allah men-ciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya di-puji dan yang enggan melaksanakannya dicela.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, nis-caya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” [Al-Mu’min: 60]
Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mem-persempit atau mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.

Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke darjat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi. Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan minuman, demi-kian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah. Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya.
Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang meng-hendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.
Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain.
Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan me-ringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.
Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat mem-bebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya kepada Allah saja.
Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka.[12]

  1. PERBAHASAN ILMU
Bahasa: berasal dari perkataan arab ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui                               perbuatan yang bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu dengan sebenarnya.
Istilah: segala pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah s.w.t yang                     diturunkan kepada rasul-rasulnya dan alam ciptaannya termasuk manusia yang                                 memiliki aspek lahiriah dan batiniah.
Kepentingan Ilmu Pengetahuan
Ilmu merupakan suatu perkara yang penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan dan kemajuan sesuatu bangsa di dunia ini berkait rapat dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang terdapat pada sesuatu bangsa itu sendiri. Justeru, Islam mengingatkan tentang hakikat ini menerusi pelbagai ayat al-Quran dan hadis Rasulullah s.a.w. Penekanan terhadap kepentingan dan keperluan menuntut ilmu membuktikan bahawa Islam adalah satu agama yang memartabatkan ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu. Baginda Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya; “Menuntut ilmu itu adalah wajib ke atas tiap-tiap orang Islam lelaki dan perempuan.” Berdasarkan hadis tersebut, jelas bahawa menuntut ilmu itu adalah suatu perkara yang penting dan menjadi kewajipan bagi setiap orang Islam. Antara kepentingan ilmu pengetahuan ialah;
ü  Kedudukan serta martabat orang yang berilmu diangkat dan diletakkan ditempat yang lebih tinggi.
Dengan erti kata lain, ilmu dapat mengangkat darjat seseorang kepada darjat yang tinggi di sisi Allah dan masyarakat. Firman Allah s.w.t dalam surah al-Mujadalah, ayat 11 ;
يرفع الله الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجت. والله بما تعملون خبير
Maksudnya; "Allah mengangkat beberapa darjat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan"

ü  Ilmu dapat meninggikan dan membezakan taraf di kalangan manusia. Firman Allah dalam surah al-Zumar, ayat 9 ;
قل هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون. انما يتذكر أولولوا الألبب
Maksudnya; “Katakanlah adakah sama orang-orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya mereka yang mendapat peringatan dan petunjuk hanyalah di kalangan hambanya yang berilmu dan bijaksana"
ü  Ilmu dapat membentuk keperibadian yang baik dan menjadikan seseorang itu bertaqwa dan cintakan Allah s.w.t dan RasulNya. Firman Allah dalam surah al-Fathir, ayat 28 ;
انما يخشى الله من عباده العلمؤا
Maksudnya ; “Sesungguhnya yang takutkan Allah daripada hambanya ialah orang-orang yang berilmu”
ü  Ilmu pengetahuan akan membawa manusia ke arah kebahagian hidup di dunia dan di akhirat, memberikan kekuatan ketika dalam kesusahan dan ketika berhadapan dengan musuh.
ü  Dengan ilmu manusia dapat menjalankan ibadah dengan sempurna, samada ibadah umum atau ibadah khusus dan dapat melaksanakan peranan sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan sebaiknya.
ü  Ilmu agama atau ilmu yang terdapat dalam al-Quran dan Al-sunnah akan menjadi benteng yang dapat mencegah seseorang itu dari melakukan perkara-perkara yang dilarang oleh syariat, dapat menolak kejahilan dan kebodohan sama ada dalam perkara agama atau dalam mengejar kebendaan duniawi.
ü  Pelbagai jenis ilmu keduniaan seperti ilmu kejuruteraan, ilmu kedoktoran, ilmu pertanian dan sebagainya dapat membantu kemaslahatan hidup manusia di dunia.
ü  Ilmu adalah salah satu langkah bagi menjana pembangunan negara kerana melalui ilmu sahajalah yang dapat membezakan antara yang hak dan yang batil.

Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan
ü  Wahyu
Wahyu adalah pemberitahuan daripada Allah s.w.t kepada seorang hambanya yang dipilih di kalangan hambanya dengan secara sulit dan rahsia berlainan dari apa yang dialami oleh manusia biasa. Tidak dapat dinafikan lagi wahyu adalah merupakan sumber pengetahuan yang terpenting yang telah disampaikan oleh Allah s.w.t kepada manusia sama ada ianya disampaikan melalui Nabi Muhammad s.a.w atau melalui nabi-nabi yang terdahulu. Wahyu merupakan teras kepada segala ilmu kerana di dalam al-Quran terkandung pelbagai jenis ilmu pengetahuan yang amat diperlukan oleh manusia untuk kemasalahatan hidup juga perkara-perkara ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh akal pemikiran manusia.
ü  Pancaindera
Semua pancaindera seperti sentuhan, ciuman, penglihatan, pendengaran dan deria rasa merupakan seumber pengetahuan yang utama dan amat berguna bagi manusia untuk berinteraksi dengan alam sekelilingnya dengan mudah dan betul. Kelima-lima pancaindera ini merupakan satu cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui beberapa percubaan dan pengalaman yang berulang-ulang. Bagaimanapun kebenaran yang diperolehi tidak semestinya selalu betul dan tepat. Pancaindera kadangkala di dalam keadaan tertentu gagal memberikan gambaran atau penglihatan umpamanya matahari kelihatan kecil oleh mata sedangkan kenyataannya adalah sebaliknya.
ü  Akal
Akal adalah merupakan sumber utama pengetahuan manusia, malah perbezaan antara manusia dan haiwan adalah melalui hasil tamadun yang diusahakan oleh manusia berpunca dari pemikiran akal manusia yang kreatif. Dengan akal manusia dapat menimbang dan membezakan antara yang baik dan buruk, walaupun mungkin ianya tidak bersifat kebenaran secara mutlak namun ianya memadai untuk mengatasi masalah kehidupan seharian. Bagaimanapun Allah s.w.t menyuruh manusia menggunakan semaksima mungkin kedua-dua daya akal dan pancaindera yang dianugerahkan kepadanya agar dapat sampai kepada pengetahuan sahih dan kebenaran yang tidak menyesatkan. Al-Quran banyak menyebut seruan serta galakan daripada Allah s.w.t agar manusia dapat memerhatikan alam sekeliling mereka dengan akal dan pancaindera bagi mencari kebenaran yang hakiki.
ü  Intuisi atau Ilham
Intuisi atau ilham juga boleh menjadi sumber pengetahuan manusia yang amat berguna. Ianya merupakan pengetahuan yang diperolehi tanpa melalui proses pemikiran yang tertentu. Contohnya seseorang yang mempunyai masalah yang sedang menumpukan pemikiran nya terhadap penyelesaian masalah tersebut, tiba-tiba menjadi jalan penyelesaian tanpa perlu berfikir panjang seolah-olah kebenaran yang dicari datang sendiri. Dalam Islam ilham ini boleh dikenali dengan istilah "firasat" atau pun pandangan bashirah (tembus) yang dikurniakan oleh Allah kepada para Ulama.
Dalil Menuntut Ilmu
ü  Al-Quran
Dalam Surah at Taubah ada menyebut bahawa bukan semua di antara kita pergi untuk berjuang (berjihad). Makanya wajib sebahagian di antara kita pergi memperdalamkan ilmu agama. Firman Allah SWT yang bermaksud:
"Dan tidaklah (betul dan elok) orang-orang yang beriman keluar semuanya (pergi berperang). Oleh itu, hendaklah keluar sebahagian sahaja dari tiap-tiap puak di antara mereka, supaya orang-orang (yang tinggal) itu mempelajari secara mendalam ilmu yang dituntut di dalam agama, dan supaya mereka dapat mengajar kaumnya (yang keluar berjuang) apabila orang-orang itu kembali kepada mereka; mudah-mudahan mereka dapat berjaga-jaga (dari melakukan larangan Allah)." [At Taubah 9 : 122]
ü  Hadith
Dan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW ada menyebut bahawa sekiranya Allah SWT ingin memberikan hambanya kebaikan, maka Allah SWT akan memberikannya kefahaman dalam agama. Perkara ini yang harus dikejar oleh setiap muslim agar dekat kepada kebaikan yang dijanjikan oleh Allah SWT dengan menuntut ilmu. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

"Sesiapa yang dikehendaki oleh Allah SWT baginya akan kebaikan, nescaya Allah SWT akan memberinya kefahaman dalam agama" [HR Bukhari dan Muslim]
Adab Menuntut Ilmu
ü  Niat yang ikhlas
Menuntut ilmu bukan untuk lulus dalam perperiksaaan, untuk mendapat kerja yang bagus, untuk dikatakan orang yang bijak atau pelbagai lagi niat yang lain melainkan hanya kerana Allah SWT. Daripada Ibn Umar RA sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
"Sesiapa yang menuntut ilmu kerana selain daripada Allah SWT ataupun menghendaki menuntut ilmu (sebaliknya) selain daripada Allah SWT, maka disediakan tempat duduknya daripada neraka." [HR Tarmizi]
Niat itu sendiri memainkan peranan yang tinggi dalam sesuatu amalan. Setiap amalan kita akan dinilai oleh Allah SWT berdasarkan niat. Maka niatlah segalanya hanya kerana Allah SWT, kerana sesungguhnya Allah SWT tahu apa yang terdetik dalam hati tiap-tiap manusia.
ü  Beradab dengan orang yang memberi ilmu
Imam Syafie pernah bekata:
"Sesiapa yang ingin dibuka hatinya oleh Allah, maka hendaklah ia berkhalwah, sedikit makan, menjauhi daripada bergaul dengan orang yang bodoh, dan membenci orang yang tidak berlaku adil dan tidak beradab daripada kalangan mereka yang berilmu" [Kitab Majmuk, Syarah Mazhab, jilid 1, m/s 31]
Kita sebagai penuntut, adab-adab ini haruslah disesuaikan mengikut situasi. Janganlah kita terlalu menghormatinya sehinggakan mengakui kesilapan yang guru itu lakukan dan janganlah juga kita terlalu memperlecehkan sehingga guru itu tidak ikhlas dalam memberi ilmu kepada kita. Hormatnya kita akan guru berubah mengikut situasi dimana hormatnya seorang kanak-kanak tadika dengan gurunya berbeza dengan hormatnya mahasiswa dengan pensyarah.

ü  Bersabar dalam menuntut ilmu
Imam Syafie pernah berkata:
"Tidak diperolehi ilmu kecuali dengan bersabar atas kesengsaraan." [Kitab Muntalaqat Talib al Ilmi, Husin Ya'cob, m/s: 237
ü  Tulis setiap yang dipelajari
Sahabat Rasulullah SAW sendiri menulis jika ingin menuntut ilmu, adakah kita lebih baik dari mereka dengan tidak menulis apa yang dipelajari?
Abu Hurairah berkata:
"Tidak ada seorangpun daripada sahabat Rasulullah SAW yang paling banyak meriwayatkan hadis kecuali Abdullah bin Amr bin al Asr, maka sesungguhnya dia telah menulis dan aku tidak menulis" [HR Ahmad dan Baihaqi]
ü  Rendah diri
Imam Ahmad bin Hambal berkata:
"Kami diperintahkan supaya tawadhu' (rendah diri) kepada siapa yang kami pelajari ilmu daripadanya." [Kitab Muntalaqat Talib al Ilmi, Husin Ya'cob, m/s 274]
ü  Menjahui dari kenyang yang berlebihan
Ibn Jama'ah berkata:
"Sebesar-besar perkara yang menolong seorang penuntut ilmu dengan kefahaman dan tidak rasa jemu adalah makan sekadarnya daripada makan yang halal." [Kitab Fadhlu al Ilmi wa Adab Talabihi, m/s 222]



ü  Tidur yang sedikit
Firman Allah SWT yang bermaksud:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (syurga) dan mata air, mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik; mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan pada akhir malam mereka meminta ampun (kepada Allah SWT)." [Az Zariyat 51 : 15 – 18]
ü  Kurangkan berkata-kata yang tidak menfaat
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
"Sesiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka bercakaplah dengan perkataan yang baik ataupun diam." [HR Bukhari dan Muslim]


[1] Tafsir Al-Qurtubhi 1/225
[2] Tafsir Ibnu Kathir 7/302
[3] Tanbihaat Mukhtasharah, hal. 28
[4] (Syarh Tsalatsati Ushul, hal. 37)
[5] T.A Lathief Rousydiy,1997,Kitab Roh Solat Dan Hikmahnya,Malaysia,m/s248 dan 249.
[6] Muhammad Quthub,guru besar Universitas Malik bin ‘Abdul ‘Aziz Saudi Arabia,Manhajut Tarbiyatil Islaamiyah,m/s 38.
[7] Ibnul Qayyim yang dinukil oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan dalam Fathul Majid
[8]  Lihat al-‘Ubuudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali ‘Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary (hal. 161-162), Maktabah Darul Ashaalah 1416 H
[9]  Zindiq adalah orang yang munafik, sesat dan mulhid.        
[10] Murji’ adalah orang murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagian dari iman, iman hanya dalam hati.
[11] Haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di Harura’, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar adalah kafir.

[12] [Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 2]