Tuesday 24 April 2012


Mengeluh merungut tanda tidak sabar

*



Sabar

Allah berfirman, "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui siapa yang berjihad dan siapa bersabar di antara kamu". (Muhammad: 31)

Rasulullah SAW bersabda, "Iman terbagi dua, separuh dalam sabar dan separuh dalam syukur". (HR Al-Baihaqi)

Rasulullah SAW bersabda, "Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). (HR Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang paling sabar diantara kamu ialah orang yang memaafkan kesalahan orang lain padahal dia berkuasa untuk membalasnya." (HR Baihaqi)

Rasulullah SAW bersabda,"Sungguh beruntung orang yang beriman, karena segala perkara adalah kebajikan. Jika dia mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur (dia mendapat pahala kebajikan) dan jika dia ditimpa musibah, dia sabar (dia mendapat pahala kebajikan juga)." (HR. Muslim)

Saiyidina Ali Abu Talib k.a.w pernah bermadah, maksudnya: Jika engkau bersabar, takdir itu berlaku juga ke atas diri mu, tetapi engkau dikurniakan ganjaran pahala. Jika engkau tidak sabar pun, takdir tetap berlaku juga ke atas dirimu dan engkau berdosa.

Dari Ummu Al-Ala', dia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu baginda berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuatkan Allah mengampunkan dosa-dosanya, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran pada emas dan perak". (HR Abu Daud)

Dari Sa'id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ? Beliau menjawab: Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya". (HR Ibnu Majah)

Rasulullah SAW bersabda, "Cubaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahan pun". (HR Al-Hakim)

Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". (HR Bukhari, Muslim)

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Sesungguhnya orang mukmin akan menerima tekanan hidup kerana tidak ada satu bencana sama ada kerana terkena duri atau yang lebih besar, tidak juga ketakutan melainkan Allah akan mengangkat darjatnya satu darjat dan menghapuskan satu kesalahan dengan kesabarannya menghadapi bencana dan kesusahan tersebut”. (Riwayat al-Hakim)

Dari Anas bin Malik, dia berkata. "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata. "Artinya :
Sesungguhnya Allah berfirman. 'Apabila Aku menguji hamba-Ku (dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan syurga". (HR Bukhari)

Allah berfirman, "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu bersama orang yang sabar." (Al Anfaal : 46 )

Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." ( Ali Imran : 146)

Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "Sesiapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya orang yang sabar". (HR. Bukhari)

Wednesday 4 April 2012

Kitab Sohih Bukhari..

متن الكتاب
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَة
Telah menceritakan kepada kami QUTAIBAH BIN SA'ID telah menceritakan kepada kami ISMA'IL BIN JA'FAR dari ABDULLAH BIN DINAR dari IBNU UMAR berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu? Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang berada di lembah. Abdullah berkata: Aku berpikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Kemudian para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, pohon apakah itu? Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:Pohon kurma.

KETERANGAN HADITH
  • no 59, H.R Bukhari
Hadis telah menerangkan di mana ketika Ibnu Umar berada bersama Rasulullah SAW ke Madinah. Kemudian Baginda bersabda, di antara pohon ada yang tidak jatuh akan pohonnya, dan itulah perumpamaan bagi seorang Muslim. Kemudian baginda bertanya pohon apakah itu, tetapi para sahabat tidak mengetahuinya. Maka, Rsulullah SAW menjawab, ia adalah pohon kurma.
Muslim dikaitkan seperti pohon kurma kerana dakwah orang Islam juga tidak akan gugur dan putus-putus. Seperti pohon kurma, terdapat pelbagai faedah pada setiap bahagiannya. Bermula daripada buahnya sehingga dikeringkan dan dapat dimakan. Selain itu, setiap daripada pohon kurma boleh dimanfaatkan seperti bijinya dapat digunakan sebagai makanan ternak, tangkai buahnya boleh dibuat tali dan sebagainya. Manakala, Muslim yang menguasai suatu ilmu haruslah bermanfaat pada dirinya dan juga kepada orang lain. Sehingga telah meninggal dunia, orang lain masih mengamalkan ilmu tersebut.
Berdasarkan hadis tersebut, ditambah kalimat Abdullah berkata: aku berfikir dalam hati pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya. Hal ini kerana ketika itu Abdullah adalah antara yang paling muda dari kalangan sahabat yang lain iaitu baru berusia 10 tahun. Ini menyebabkan dia berasa malu dan segan. (riwayat Abu Awanah)

PERAWI HADITH
  • ABDULLAH IBNU UMAR
Nama penuh beliau ialah Abdullah Bin Umar Bin Al-Khattab Bin Nufail Bin Abdul Uzza. (bahasa Arab: عبد الله بن عمربن الخطاب) atau sering disebut Abdullah bin Umar atau Ibnu Umar sahaja. Beliaujugadigelarsebagai Abu Abdul Rahman. Abdullah bin Umar dilahirkan pada 612 dan wafatnya pada 693/696 atau 72/73 H. Beliau adalah seorang sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadits yang terkenal. Ia adalah anak kepada Umar bin Khattab, salah seorang sahabat utama Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin yang kedua.
Abdullah adalah putra khalifah ke dua Umar bin al-Khaththab saudara kandung Sayiyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salah seorang diantara orang-orang yang bernama Abdullah (Al-Abadillah al-Arba’ah) yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Abdullah bin az-Zubair.
Ibnu Umar masuk Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil, dan ikut hijrah ke Madinah bersama ayahnya. Pada usia 13 tahun ia ingin menyertai ayahnya dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya. Tetapi setelah selesai perang Uhud ia banyak mengikuti peperangan, Perang pertama yang diikutinya adalah Perang Khandaq. Ia ikut berperang bersama Ja'far bin Abu Thalib dalam Perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah). Setelah Nabi Muhammad meninggal, ia ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah lainnya di Afrika.
Ibnu umar pernah ditawarkan oleh Khalifah Uthman Bin Affan untuk memegang jawatan sebagai hakim, tetapi ia tidak mahu menerimanya, menolak dan menyatakan hakim akan digolongkan dalam tiga kategori:
ü  Pertama: Hakim yang memutuskan perkara tanpa didasari ilmu, maka tempatnya di neraka
ü  Kedua: Hakim yang memutuskan perkara berdasarkan hawa nafsu makadia di neraka
ü  Ketiga: Hakim yang memutuskan perkara dengan ijtihad maka dia berada di pinggir garisan (kafaf), tidak mendapat dosa dan pahala.

Beliau pernah bermimpi melihat dirinya di dalam syurga. Kemudian, telah datang dua orang dan mengajaknya ke neraka, tetapi malaikat menegah mereka. Rasulullah mengatakan kepada beliau, “Sebaik-baik orang lelaki adalah Ibnu Umar. Dia gemar menunaikan solat malam. Jika solat malam, dia memperbanyakkan jumlah rakaatnya. ” Dia tidak pernah meninggalkan solat malam sehingga akhir hayatnya.
Setelah Utsman terbunuh, sebagian kaum muslimin pernah berupaya membai'atnya menjadi khalifah, tapi ia juga menolaknya. Ia tidak ikut campur dalam pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia cenderung menjauhi dunia politik, meskipun ia sempat terlibat konflik dengan Abdullah bin Zubair yang pada saat itu telah menjadi penguasa Makkah.
Beliau juga dikenali dengan seorang penghafaz hadith yang terkemuka selepas Abu Hurairah iaitu sebanyak 2.630 hadits, karana ia selalu mengikuti kemana Rasulullah pergi. Bahkan Aisyah isteri bagida Rasulullah pernah memujinya dan berkata :"Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Ibnu Umar". Ia bersikap sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadist Nabi. Bahkan juga dalam mengeluarkan fatwa, ia senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah Rasulullah, kerananya ia tidak mahu melakukan ijtihad. Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, atau pada kesempatan lainnya. Di antara para Tabi'in, yang paling banyak meriwayatkan darinya ialah Salim dan hamba sahayanya, Nafi'.
Ibnu Umar sering mendapatkan pujian dari kalangan sahabat Nabi dan kaum muslimin lainnya. Jabir bin Abdullah berkata: " Tidak ada di antara kami disenangi oleh dunia dan dunia senang kepadanya, kecuali Umar dan putranya Abdullah." Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan: "Ibnu Umar meninggal dan keutamaannya sama seperti Umar. Umar hidup pada masa banyak orang yang sebanding dengan dia, sementara Ibnu Umar hidup pada masa yang tidak ada seorang pun yang sebanding dengan dia".
Kehebatan Ibnu Umar jelas apabila Az-Zuhri tidak pernah meninggalkan pendapat Ibnu Umar untuk beralih kepada pendapat orang lain. dan az-Zuhri berkata:” Sungguh, tak ada satupun dari urusan Rasulullah dan para sahabatnya yang tersembunyi bagi Ibnu Umar”. Ia meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Sayyidah Aisyah, saudari kandungnya Hafshah dan Abdullah bin Mas’ud. Yang meriwayatkan dari Ibnu Umar banyak sekali, diantaranya Sa’id bin al-Musayyab, al Hasan al Basri, Ibnu Syihab az-Zuhri, Ibnu Sirin, Nafi’, Mujahid, Thawus dan Ikrimah.
Ibnu Umar adalah seorang pedagang yang Berjaya dan kaya raya, tetapi juga banyak menderma. Ia hidup sampai 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah. Ia kehilangan pengelihatannya pada masa tuanya. Ia wafat dalam usia lebih dari 80 tahun, dan merupakan salah satu sahabat yang paling akhir yang meninggal di kota Makkah.

PENGAJARAN AYAT
Menurut hadis tersebut saya mendapati beberapa pengajaran iaitu:
...“Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang tidak jatuh daunnya. Dan itu adalah perumpamaan bagi seorang Muslim”.....
1.      Jika kita umpamakan pohon itu seperti manusia seperti makna dalam hadis tersebut, tidak semua Muslim itu mempunyai sifat sabar dalam jiwa. Sifat sabar di sini adalah apabila berhadapan dengan musuh.
“Orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (disempadan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Surah Ali-‘imran, ayat 200)
2.      Sikap malu tidak boleh ada dalam diri seorang penuntut ilmu. Sikap ini hanya akan merugikan diri individu itu sendiri kerana membataskan diri daripada bebas menuntut ilmu samaada ilmu dunia mahupun akhirat. Menurut Imam Mujahid r.a “ Tidak belajar orang yang pemalu dan sombong.”
3.      Mengamalkan sikap suka bertanya ketika menuntut ilmu. Penuntut ilmu sepatutnya menanyakan tentang sesuatu yang tidak atau belum jelas dan minta penjelasan mengenai sesuatu yang tidak masuk akal dengan cara yang betul.
  • ADAB-ADAB BERTANYA
Seorang penanya hendaklah memiliki adab-adab dalam bertanya supaya dia boleh mengambil manfaat dari pertanyaan tersebut. Diantara adab-adab tersebut:
1. Ikhlas dalam bertanya diantara ikhlas dalam bertanya adalah bertanya untuk menghilangkan kebodohan dari diri kita atau diri orang lain, bukan untuk berdebat kasar atau sombong dihadapan para ulama atau riya (supaya dikatakan orang yang bersemangat menuntut ilmu). Rasulullah shallallahu 'alaihi waallam bersabda: yg bermaksud: "Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh atau untuk menarik perhatian manusia maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka" (HR. At-Tirmidzy 5/32 no.2654,)
2. Memperbaguskan pertanyaan. Berkata Ibnul Qayyim: yang bermaksud: "Ilmu memiliki 6 tingkatan, yang pertama adalah bagusnya pertanyaan dan sebahagian orang ada yang tidak mendapatkan ilmu kerana jeleknya pertanyaan, mungkin kerana dia tidak bertanya sama sekali, atau bertanya tentang sesuatu padahal disana ada sesuatu yang lebih penting yang patut ditanyakan seperti bertanya tentang sesuatu yang sebenarnya tidak mengapa kita tidak mengetahuinya dan meninggalkan pertanyaan yang harus kita ketahui, dan ini adalah keadaan kebanyakan dari para penuntut ilmu yang bodoh.( Miftah Daris Sa'adah hal:169. Allah telah menyebutkan di dalam Al-Quran sebahagian dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermanfaat seperti pertanyaan orang-orang musyrik tentang bila hari kiamat (Al-A'raf:187) dan pertanyaan orang yahudi tentang ruh (Al-Isra': 85), Atau pertanyaan tentang sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau jarang sekali karena itu termasuk berlebih-lebihan dan berprasangka belaka.
3. Menggunakan cara yang baik dalam bertanya Diantaranya adalah berlemah lembut dalam bertanya kerana yang demikian itu akan menjadikan yang ditanya memberikan ilmunya sebaik-baiknya. Berkata Az-Zuhry: yg bermaksud: "Dahulu Ubaidullah (yakni bin Abdullah bin `Utbah, seorang tabi'in) berlemah lembut ketika bertanya kepada Ibnu Abbas, maka beliau (Ibnu `Abbas) memberinya ilmu yang banyak" (Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hambal di Al-'Ilal wa Ma'rifatur Rijal 1/186, dan Ibnu Sa'd dalam Ath-Thabaqat Al-Kubra 5/250) Dan berkata Ibnu Juraij: yang bermaksud: " Tidaklah aku mengambil ilmu `Atha kecuali dengan kelembutanku kepadanya" (Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami Bayanil `Ilmi wa Fadhlih 2/423)
4. Berbincang dengan cara yang baik kalau ada yang tidak disetujui dari jawapan orang yang ditanya.
5. Tidak mengadu domba diantara ahli ilmu seperti mengatakan: Tapi ustadz fulan (dengan menyebut namanya) mengatakan demikian, dan yang demikian termasuk kurang beradab. Namun kalau memang harus bertanya maka hendaklah mengatakan: Apa pendapatmu tentang ucapan ini? Tanpa menyebut nama orang yang mengucapkan. (Lihat Hilyah Thalibil Ilmi, Syeikh Bakr Abu Zaid dengan syarh Syeikh `Utsaimin hal: 178 ) Wallahu ta'alaa a'lam. http://tanyajawabag amaislam. blogspot. com/2009/ 05/adab-bertanya _22.htm -- Mutiara Salafus Shalih: Dari Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu ia berkata : "Ketahuilah hendaknya jangan satupun dari kalian bertaqlid kepada siapapun dalam perkara agamamu sehingga (bila) ia beriman ikut beriman bila ia kafir ikut pula menjadi kafir. Maka jika kamu tetap ingin berteladan maka ambillah contoh dari yang telah mati sebab yang masih hidup tidak aman dari fitnah." (Al Lalikai 1/93 nomor 130 dan Al Haitsamy dalam Al Majma' 1/180) Dari Yunus bin Zaid dari Az Zuhri ia berkata : "Ulama kami yang terdahulu (salaf) selalu mengingatkan bahwa berpegang teguh dengan As Sunnah itu adalah keselamatan dan ilmu akan tercabut dengan segera maka tegaknya ilmu adalah kekokohan agama dan dunia sedang dengan hilangnya ilmu hilang pula semuanya."

Bangkitlah wahai diri!!

BANGKIT AKU SEKARANG MENDAMBAKAN MARDHATILLAH..
biar makhluk bumi benci dan menindas aku..
namun, mujahadah ini tetap diteruskn
biar tiada yang membela..
namun, menegakkan agama Allah dalam genggamanku
jangan toleh lagi ke belakang..
majulah ke depan..
hakikatnya, perjalananku masih jauh
nantikan aku wahai ummat
akan aku bangkit dengan qudratku
moga Dia sentiasa mengilhamkan aku insan2 yang sudi menemani perjuangan ini..

daripada hamba yang mengabdikan diri kepadaMu..

أقائم بمرضات الله
لو مخلوق الناس يكره ويظلم علي
ولكن هذه مجاهدة سأناصل
لو لا يساعدني
ولكن دين الله من يدي
لم أنظر الخلف...وأنظر الأملم...
طريقتي بعيدة شديدة من الحقيقة..
إنتظر يا أمة
سأقائمة بقوتي..
، أرجو منك يا الله
حبيبي القلب
منحي يا الله الإنسان
معي في الجهاد..

...من مستعبدة الله...

Islamophobia

Introduction
Nowadays, many issue that media shows and exposes to grab the attention of the public whether in Malaysia or abroad. Among issues have been talked about was Islamophobia in the whole world. Honestly, it is deliberately exaggerated to threaten the public, especially the Muslims. It is also intimidating the world’s community with the doctrine brought by Islam.
Definition
From Al-maktabi, the term 'Islamophobia' has only very recently been coined, as recent as the mid-1990s. It is one of a whole range of expressions that has grown out of the 'politically correct' ethos of the 1990s. The spirit of multiculturalism and pluralism was the climate that enabled the birth and circulation of the term. But unlike other terms born at this time it has not become household currency; Muslim organisations alert to discrimination against Muslims appear to be the only users of the term, and there has been no shortage of occasions to use it.
But does Islamophobia exist? We go through the meaning of Islamophobia first. Islamophobia is the fear that acute and consistent, due to see objects (attitudes, words and deeds), in a real, the reality of terror and violence committed by people associated with Muslims.
In Thesaurus dictionary, it refers to prejudice against Muslims.  There, Muslim’s intellectuals are afraid of growing Islamophobia in the West. It brings biasprejudicepreconception which implies a partiality that prevents objective consideration of an issue or situation.
Furthermore, it prefer to the fear that acute and consistent which is covering (attitudes, words and deeds). In reality, this situation is associated with Muslims that show us terrorism and violence.  The community are more exposed and believed with external factors such as mass media rather than investigate the true story. Hence, it is simply to blame Muslims and point a finger for what happened. Allah mentioned in Surah al-Hujurat (6), O ye who believe! If an evil liver bring you tidings , verify it , lest ye smite some folk in ignorance and afterward repent of what ye did.
Examples
Initially, the leading forces in world politics influenced publics through mass media and popular culture with resistance their representations of Islam and Muslims. The evidence for this is ample and can be demonstrated by reference to reportage on Islam in the British press. For examples, if you are a Muslim reading this in Britain you will need little demonstration, however. Everyday experience is sufficient. The Runnymede Trust document on British Muslims and Islamophobia (released in 1998) contains numerous examples from the media and other evidence while also being a comprehensive account of the problem in British society. It is a commendable report that governments and civic groups in Europe and North America should learn from and produce similar reports on their situation. But issuing a report does not change a bad situation. Thus the depiction of Muslims and Islam has seen no change since then.
On the other side, there are many conversation among Muslims and non-Muslims in West country in good situation or otherwise. A person answered about a king action tried to avoid talking  about Islam. As an example, after the King hearings, the hearings that Peter King did, you referred to, you talk about, every time you talk about terrorists and radicalization, you always attached the word Muslim to it, or Islamic. So, he is apparently more interested in defending it's reputation about how it reports the News than actually reporting the News. Additionally, many news is manipulated by the most influential and powerful to not reveal their fault and accuse or defame other Muslims.
In an interview, William Boykin said, “What we are not seeing first and foremost is the fact that Islam is not religion. It is a totalitarian way of life. There is a religious component. But we still treat it as a first amendment issue when in fact it is a totalitarian way of life.  And when you think Islam you need to think Sharia law. Sharia law is the law that subjugates women, that cuts off the hand of the thief that beheads the adulteress, that’s sharia law, and that’s what Islam is. It is a legal system more than anything else, with a religious component. And people simply do not understand that. And consequently, Skip, we still treat it as a first amendment issue. And we continue to categorize them as extremists or radicals or people who are not following the dictates of Islam, well the reality is they are following the dictates of Islam and all we’re doing is playing their game of propaganda when we refuse to acknowledge that they are terrorists, they are Jihadists, they’re Muslims, they’re Islamists, and they want to destroy our constitution and replace it with Sharia law.”
He was asked again,  “whether or how the First Amendment should properly be applied to Islam” and stressed that “the ultimate outcome of blanket protection for Islam in all its manifestations on the grounds of ‘religious freedom’ would be the establishment of Islamic law and government, or Sharia, alongside or in place of civil law and government in this country.”
From here, we can see the dangers of Islam at The Oak Initiative Summit in 2011, religious leaders was attacked who seek interfaith dialogue and understanding with Muslims, he claimed that when Muslims pray, they curse Jesus and asserting that Islam is not an Abrahamic faith and therefore Christianity and Islam have absolutely nothing in common.
We discover a different place now, Britain even for Muslims. Indeed, there are still racist attacks undoubtedly. Early in December, three young Muslims were beaten up in Manchester by a 15 strong gang in what the police described as a "dreadful racial attack." Yet we have moved a long way from the 1970s and 1980s, and we get little sense of the intensity of racism that existed then.
In Quran, Allah tells us the story about Jesus and Jews in surah Ali-imran, verses 54: “And (the unbelievers) plotted and planned, and Allah too planned, and the best of planners is Allah.” This story shows us what happened nowadays including this issue which spreads rapidly throughout the world.
Conclusion
In a nutshell, we must study the real situation and reveal it through media massa. It is very important to address what is right and what is wrong. Hence, we need to highlight the deep-seated nature of Islamophobia and xenophobia. At the same time it is clear that these two concepts are not exactly congruent. Expressions of Islamophobia have certainly in some instances simply been a ‘cover’ for general racism and xenophobia, in some countries offered legitimacy by the statements of politicians and other opinion leaders. However, there have also been instances in which such expressions have been quite selectively targeted at visibly perceived manifestations of Islam. What these explanations have achieved though is to present a starting point from which further discussion and consideration can be developed.
Appendices




References
Commission on British Muslims and Islamophobia (2004). Islamophobia Issues, Challenges and Actions. R. Robin (ed.). UK & US: Trentham Books.
Islamophobia no longer questioned - even by our elected representatives - updated 11/18/11
Kenan Malik (2005). Islamophobia Myth. Prospect Magazine (February. translated and published on Answering Islam.
Mohd Yusof Hj Othman (2010). Media dan Isu Alam Sekitar (Media and the Issues of Environment). Jurnal Hadhari 2(2) (2010) 1-17. Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia.
Sheila Musaji (2011). (18/11/2011). Islamophobia No Longer Questioned - even by Our Elected Representatives.  The American Muslim (TAM). <http://www.The American Muslim (TAM).html/>